Di ASEAN, Indonesia itu kayak ‘Abang’ paling gede. Paling luas, paling banyak penduduknya, ekonomi paling besar. Kita ‘Ketuplak’-nya (Ketua Kumpulan). Keren, kan? Tapi, jadi ‘Abang’ itu gak gampang.
Masalahnya, ‘Abang’ ini lagi liat ‘tetangga’ (AS) dan ‘saudara’ (Tiongkok) lagi ‘perang dingin’ (dagang, teknologi). ‘Adik-adik’-nya (Vietnam, Filipina, Malaysia) mulai ‘kebelai-belai’ sama dua kubu itu. ASEAN terancam ‘pecah kongsi’.
‘Abang’ yang Diuji
Di sinilah peran ‘Abang’ diuji. Mampukah Indonesia ngomong? Mampukah kita jagain ‘adik-adik’ kita biar tetep satu suara: “ASEAN First!”? Atau kita malah ikutan ‘sibuk sendiri’ ngurusin nikel dan IKN?
Kalau RI gak bisa nyatuin ASEAN, ASEAN bakal ‘diobok-obok’ AS dan Tiongkok. Kita bakal jadi ‘serpihan’ gak penting. Tapi kalau RI berhasil jadi ‘pemimpin’ yang beneran, ASEAN bisa jadi ‘Kubu Ketiga’ yang ditakutin. Ini soal leadership!
Intisari:
- Indonesia adalah pemimpin de facto (Abang) di ASEAN.
- Perang dagang AS-Tiongkok mengancam ‘memecah belah’ persatuan negara-negara ASEAN.
- Kepemimpinan (leadership) Indonesia diuji: apakah bisa menyatukan ASEAN.
- Jika bersatu, ASEAN bisa jadi ‘Kubu Ketiga’. Jika pecah, ASEAN hanya akan jadi ‘pion’.
