0
0
Asia Selatan masih menghadapi tantangan besar terkait kemiskinan dan kesenjangan sosial, dengan Bangladesh dan Nepal menjadi studi kasus yang menyoroti kompleksitas masalah ini. Meskipun kedua negara telah mencapai kemajuan signifikan dalam beberapa dekade terakhir, terutama dalam mengurangi tingkat kemiskinan ekstrem, jutaan penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan, seringkali tanpa akses memadai terhadap kebutuhan dasar seperti pangan, air bersih, sanitasi, dan layanan kesehatan.
Di Bangladesh, pertumbuhan ekonomi yang kuat, didorong oleh sektor garmen dan remitansi pekerja migran, telah mengangkat banyak orang keluar dari kemiskinan. Namun, kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan tetap lebar, dengan sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan. Selain itu, kelompok-kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan minoritas etnis seringkali lebih terpengaruh oleh kemiskinan dan kurangnya akses terhadap pendidikan serta kesempatan ekonomi.
Nepal, sebagai negara pegunungan yang terkurung daratan, menghadapi tantangan geografis yang unik, yang menghambat pembangunan infrastruktur dan akses pasar. Gempa bumi besar pada tahun 2015 juga memukul mundur upaya pengurangan kemiskinan, menghancurkan rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Kesenjangan sosial di Nepal juga diperparah oleh sistem kasta yang masih memengaruhi akses terhadap sumber daya dan kesempatan, meskipun secara hukum telah dihapuskan.
Untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial di Bangladesh dan Nepal, diperlukan pendekatan multi-sektoral. Ini termasuk investasi dalam pendidikan dan kesehatan, pengembangan infrastruktur yang tangguh, program perlindungan sosial bagi kelompok rentan, serta promosi pertanian yang berkelanjutan dan diversifikasi ekonomi. Kolaborasi internasional dan bantuan pembangunan juga tetap krusial untuk mendukung upaya-upaya nasional dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
