Selat Malaka adalah salah satu jalur pelayaran tersibuk dan paling vital di dunia, tetapi juga salah satu yang paling berisiko karena kepadatan lalu lintas dan potensi pembajakan. Untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi, negara-negara pesisir kini mengadopsi teknologi Internet of Things (IoT) maritim yang canggih, menggunakan sensor pintar untuk memantau lalu lintas kapal secara real-time.
Sensor-sensor ini ditempatkan pada pelampung, dermaga, dan bahkan lambung kapal, mengumpulkan data mengenai posisi, kecepatan, kondisi mesin, dan parameter lingkungan seperti gelombang dan arus. Data besar ini diolah oleh platform analitik berbasis AI untuk memprediksi potensi tabrakan, kemacetan, atau bahkan aktivitas ilegal seperti penyelundupan.
Penerapan IoT maritim juga memiliki manfaat lingkungan. Dengan memantau penggunaan bahan bakar dan emisi kapal, otoritas dapat mendorong praktik pelayaran yang lebih hijau dan membatasi polusi di perairan yang sensitif. Drone bawah air dan sensor akustik juga digunakan untuk memantau kesehatan ekosistem laut.
Kerja sama regional adalah kunci keberhasilan, karena data harus dibagikan secara real-time di antara Malaysia, Indonesia, dan Singapura. Integrasi data ini memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap keadaan darurat dan ancaman keamanan.
Revolusi ini tidak hanya akan membuat pelayaran lebih aman, tetapi juga secara signifikan mengurangi biaya operasional dan asuransi dengan mengoptimalkan rute kapal. Ini akan memperkuat peran strategis Selat Malaka sebagai hub perdagangan global yang efisien.

